Sahabat

Aku akan ceritakan tentang sahabatku yang sangat aku sayangi. yah mungkin aku akan terlalu lebay menceritakan mereka karena aku merasa baru kali ini menemukan orang yang menerimaku apa adanya. Mungkin memang karena kita baru bertemu tiga bulan yang lalu. Tapi toh berteman lama atau tidak bukan ukuran untuk seseorang menjadi sahabat bukan? Dan aku sangat sangat sangat bahagia menemukan mereka di kota perantauan ini 🙂
Seperti yang aku katakan tadi, kita bertemu 3 bulan saat kami diletakkan di kelas yang sama. karena kita sama-sama dari perantauan, kita menjadi dekat. kita sering duduk berdekatan, pulang bersama, makan bersama, main bersama. Dan akhirnya kita memutuskan untuk membuat sebuah grup yang awalnya hanya kita berlima anggotanya. Kami membuat komitmen untuk tidak pernah membicarakan satu sama lain di belakang, untuk selalu jujur satu sama lain. Jika ada yang mengganjal di hati langsung katakan saja. Ya, aku suka sebuah komitmen, karena semua tahu batasan-batasan apa saja yang tidak boleh dilanggar karena hal itu akan mempererat persahabatan kita (AMIN).
Aku lanjutkan lagi tentang sahabatku. Jadi saat kelas kita di ubah lagi, kita tetap sekelas, dan ada 2 anak yang memang asli dari dalam universitas tersebut. Oh, aku belum mengatakannya bukan? kita di sini untuk melanjutkan kuliah, dan kita berlima datang ke universitas tersebut dari universitas yang berbeda. Okeh lanjut, 2 anak tersebut sering duduk bersama. Dan saat ada tugas dari kelas lama dan harus dikumpulkan kami bertujuh berkumpul di kosan sahabatku yang paling tua, dan di sana kami ajak mereka bergabung sampai saat ini.
Aku berharap suatu saat nanti ketika sikap kekanakanku muncul, mereka masih mau menerimaku dan menyadarkanku kalau aku ini salah dan kita akan tetap bersahabat sampai suatu saat nanti (AMIN)